Between Me and Book


.

Buku. Buku. Buku. Sebuah kumpulan kertas yang dijilid rapi. Rangkaian huruf yang menjadi kata, kata menjadi kalimat, kalimat menjadi paragraf, paragraf menjadi sebuah pemikiran yang dibagi penulis kepada si pembaca.
Bila ditanya ”Apa sich hoby mu?” yang ditanya menjawab ”Baca buku”. Mungkin kita akan terpikir, kayaknya orang ini sih pinter atau orang ini emang serius suka baca buku atau ngasal menjawab gara-gara gag tau hobby sebenarnya. Kalo Aku ditanya seperti itu Aku juga akan jawab ”baca buku”, walaupun Aku sendiripun sangsi akan jawabanKu sendiri. Pertama, kalo kamarKu di cek, gag ada buku lain selain buku pelajaran yang ada di rak buku Ku. And kalo nemu novel atau lainnya pasti buku itu cuma hak sewa or hak pinjem (huahaha). Kedua, gag pernah sekalipun Ku punya anggaran buat beli buku selain buku pelajaran. So, Kalian bisa sangsi kalo Aku bisa nulis ini.
Banyak buku, khususnya novel yang selesai Aku baca. Kebanyakan fiction or science fiction. Dari yang high class ampe biasa-biasa aja. Dari bestseller nasional-internasional sampe yang gag bestseller. Dari yang berat ampe yang bermateri ringan. Walaupun, ya itu tadi. Semua itu cuma hak pinjem sama hak sewa. So, buat para penulis yang karyanya sudah Saya baca, maafkan Saya tak bisa menambah royalti Anda karena Saya membaca karya kalian lewat jasa perpustakaan ataupun teman Saya yang baik hati meminjamkan bukunya.
Manfaat dari hobby Ku membaca (masih sangsi) tak terhitung. Keinginan Ku juga bertambah seiring banyaknya buku yang telah terbaca. Ingin menikmati indahnya kastil Hogwarts, nyuri Jubah Gaibnya si Harry Potter, bisa ber-Disaparate&Aparate, naik sapu terbang, setelah membaca Harry Potter (yakin pasti gag bakal kesampean). Pengin sekolah di Sorbonne and keliling Eropa gara-gara Edensor-nya Om Andrea Hirata (semoga kesampaian. Amin.). Menikmati berbagai mahakarya patung Berdini, berkubang diantara buku-buku kuno di Perpustakaan Vatican, ama seharian di Museum Vatican gara-gara hipnotis Dan Brown lewat Angels & Demons-nya (peluang kesampaian sangat minim sekali). Pengin ikutan mendaki Mahameru akibat ngebaca 5 cm-nya Donny Dhirgantoro. Ngebayangin nikmatin Mesir karena ulah Kang Abib (Habibburhaman El-Shirazy) lewat Ayat-Ayat Cinta ama Ketika Cinta Bertasbihnya.
So, buku just not to read but also to imagine. Yang jelas novel buatKu punya daya tarik sendiri buat dinikmati. Punya daya pikat luar biasa yang memaksa para pembacanya buat melihat dunia baru yang lebih indah dari dunia yang pernah Ku ketahui. Kawan, sekarang membaca bukan hanya sekedar hobi klise (seenggaknya buatKu). Dan akhirnya perkataan ”Buku adalah Jendela Dunia” bukan hanya sekedar pepatah utopia saja.

Your Reply