Di bulan Oktober ini, aku Cuma posting sangat sedikit. Cerita Aku yang lagi freak sama One Litre of Tears. Dua bulan sudah kutinggalkan blog ini. Tanpa update-an sedikitpun. Dengan tema tulisan yang semakin ancur-ancur-an. Dengan bahasa yang semakin biasa saja. Dengan intelejensi tulisan yang semakin biasa saja. Namun perkenankanlah diri ini mengisi kembali site coret-coretan ini dengan kisah fantasi yang semakin abnormal. Kesibukan masih seperti biasa tanpa ada perubahan berarti. Pendidikan yang sangat padat. Meskipun sekolah teuteup dari jam 6.15 ampe 13.30. Bedanya targetnya nambah. Bulan ini juga akan ada semesteran. Jadi belajarnya harus gaspol. Materi harus terselesaikan bulan ini and harus bisa nyantol di ROM CPU-ku. Hari-hari pun tak banyak berubah. Bangun jam setengah tiga, telah ditunggu "Penghuni Terakhir" (coz, TV-nya di-setting idup jam setengah tiga). Dengan sekuat tenaga mengumpulkan nyawa, membuka-buka kembali buku pelajaran. Kalo sempet baca Qur'an sebentar. Sholat Subuh. NYapu ruang tamu dilanjutin halaman rumah yang kadang tak bisa kusapu bersih gara-gara waktu dah nunjukin 05.00. Mandi, sarapan, dandan, check out. Nunggu bus sambil harap-harap cemas "ketinggalan bus gag ya?" Sekolah. Pulang sekolah, nonton TV, (kalo bisa tidur, kalo gag bisa teuteup nonton TV ampe maghrib). Sholat, makan malam, buka-buka buku (yang biasanya ketiduran kalo belajar). Begitu seterusnya. Suasana rumah gag jauh berubah. Bapak yang suka buat aku semangat sekolah karena jasanya buat nyekolahin aku di sini. Mbak-ku yang masih mau direpotin sama tugas rumah-ku apalagi soal Matematika. Mbakku yang dengan sabar mendengar celotehku sepulang sekolah. Akh, that's my life. Yang kerasa beda banget, sekarang bangun pagi bisa lebih semangat. Semangat buat ngisi hari ini tak terlewat begitu saja. And I just wanna say, "The future is an unpredictable things. Even you don't know, about your future. Be confidence. Just go ahead to your future and make your dream come true." Chaiyo. I CAN DO IT.
Week in September, I came to be One Litre of Tears freak. Influenced by my classmates which they are Japanese Freak. I copied that movie from my friend. And now, I just want say, I’m freak, caused by One Litre of Tears.
Film yang menurut ku ”amat teramat sangat keren sekali” (lebay!!!!!). Dorama 11 episode buatan Jepang buatan 2005 itu ku tonton lagi di tahun 2010 ini. Kan film yang keren itu akan abadi. Walopun udah bisa dibilang lama teuteup aja enak buat dinikmati. Ceritanya gag biasa-biasa aja, soal cinta gag terlau diumbar. Soundtrack-nya juga enak buat didengerin. Pemainnya enak buat diliatin apalagi yang jadi Sensei(dokter)-nya Aya, Dr. Mizuno yang notabene spesialis neurologi yang keren banget buat dipandangin. T-O-P lah pokoknya.
Kisahnya terinspirasi dari buku harian yang ditulis oleh Kitou Aya. Seseorang yang dulu menderita Spinocelleberar Degeneration Disease. Dan untuk mengenang ketegaran serta keinginannya hidup, dibuatlah dorama ini. Nama-nama keluarga Aya-pun diadopsi juga dalam cerita. Bukunya sendiri telah terjual jutaan copy di seluruh dunia.
Tokoh utama dari dorama ini Ikeuchi Aya yang diperankan Erika Sawajiri. Aya memiliki karakter periang, rendah hati, dan pintar. Memiliki keluarga yang harmonis tinggal di rumah sempit bersama Otousan dan Okaasan-nya, serta adik-adiknya (Ako, Hiroki, Rika). Otousan (ayah) seorang pembuat tofu (tahu Jepang ) yang membuka kedai di rumah. Okaasan (ibu) bekerja sebagai konsultan kesehatan. Dari orang tua yang sangat memperhatikan kesehatan anak-anaknya, tak dinyana Aya terkena Spinocelleberar Degeneration Disease.
Tokoh kedua diperanakan oleh Nikishido Ryo sebagai Asou Haruto. Cowok apatis yang berubah setelah mengenal Aya. Memiliki traumatis karena kehilangan kakaknya. Yang suka berlama-lama di dalam Lab Biologi untuk merawat binatang-binatang di dalamnya. Yang selalu ada di saat Aya dalam sedih. Haruto berkarakter apatis, cuek, dan gag romantis. Terlihat dari caranya sama Aya(huohoho).
Bagian terakhir biasanya memperlihatkan jejak-jejak dari Kitou Aya. Dari kutipan tulisan-tulisannya. Gambar-gambarnya semasa hidup.
Di Indonesia, One Litre of Tears di-plagiat dengan judul Buku Harian Nayla. Di-plagiat keseluruhan meskipun ada perubahan untuk menyesuaikan kebutuhan. Dari nama Aya jadi Nayla, Haruto jadi Moses. Ayah Aya, pembuat tofu sedangkan ayah Nayla membuka restoran di rumah (mungkin kalo disamain jadi pembuat tahu, sulit kale ya?). Ending-nya, kalo di Indonesia terjadi dulu pernikahan antara Nayla ama Moses, di Jepang gag ada pernikahan even Aya pengin banget and Haruto juga suka Aya.
Buku Harian Nayla ditayangkan lebih dulu sebagai sinema natal sebelum One Litre of Tears ditayangkan di Indonesia. Dengan begitu yang melihat Buku Harian Nayla gag tahu kalo sinetron itu jiplakan. Keren kan caranya?
Terlepas dari ada PH di Indonesia yang jiplak dorama itu, terserahlah. Gag ngurangin kagumku ama film itu kug. Malah bisa tambah keren. Kan, film yang bagus itu biasanya emang banyak yang berusaha niru. Quotes keren dari dorama ini: “When my existence seems to disappear,
I will look for the place where i can do the best I can.
From now on, I’ll deliberate slowly. I won’t be impatient.
I won’t be greedy. I won’t give up.
Because everyone take things step by step.”
Yang belum nonton, coba dech nonton. Biar lebih tahu buat manfatin waktu sebaik-baiknya. ^_^
Dorama keren biasanya soundtracknya juga keren. I think, itu sudah jadi hukum alam. Dan biasanya dicari-cari. Termasuk One Litre of Tears. Ini dia lagu yang muncul dikebanyakan part dorama ini. K dengan Only Human-nya yang sangat menyentuh hati. Konayuki dari Remioromen. Dan March9th-nya Remioromen yang juga dinyanyiin secara koor oleh Higashikou 1A Student buat lomba koor dalam dorama ini. (Download lewat link di judulnya ya!)
Bus. Transportasi massal beroda empat, dikendalikan ama sopir, dan satu kernet yang suka narikin ongkos. Meskipun keberadaannya rada berkurang akibat membludaknya kendaraan bermotor.
Seperti biasa, setiap pagi menanti bus berwarna merah itu menghampiriku. Menuju tempat peraduan ilmuku. Duduk di salah satu bangku menikmati suasana di balik layar kaca bus. Memandang bola mentari yang masih merah bulat sempurna tanpa menyinarkan sinar kesombongannya. Memandang beberapa ibu yang turun di pasar untuk berdagang. Melihat pengamen yang berangkat ke tempatnya.
Akh, itulah yang biasa ku lihat saat berangkat sekolah. Keadaan sepi, so dengan puas mata ini memandang berkeliling. Ritual yang pasti kulakukan saat aku berangkat pagi, pegang buku. Terserah buku itu ntar dibaca ato gag yang penting ngeluarin buku. Karena kalo gag di bus, buku yang biasa kugendong itu gag kebaca. Di rumah sekalipun. Makanya berangkat pagi, menyenangkan bagi ku.
Selain bisa nyaman dapet tempat duduk, waktu di dalam bus juga gag kebuang sia-sia. Gag harus desak-desakan ama penumpang lainnya. Gag usah bingung cari pegangan kalo berdiri. Pak kernetnya juga hafal ama aku, jadi gag bakal turunnya ”kebablabasan”.
Meskipun kalo berangkat pagi, harus berolahraga jalan kaki. Gara-gara si Putera Mulya gag mau lewat depan sekolahku. Tapi gag papalah itung-itung olahraga.
Kalo pulangku, berbalik 180 derajat dari keadaanku berangkat. Pengorbanan yang dilakuin jadi lebih banyak. Meskipun aku memiliki badan yang tak terlalu besar, tasku mengambil tempat yang rada banyak. Gara-gara tasku yang super duper guede plus berat. Belom lagi kalo harus di”tetel” empet-empetan sama penumpang lain. Diperparah sama keadaan luar yang panasnya naudzubillah. Beuh gitulah. Belum lagi campuran keringat yang jadi satu. Hmfmfmfm ......
Derita naik bus dan menyandang embel-embel SMA N SAKRA adalah ”Aku minoritas”. Apalagi hari Rabu ama Kamis yang berseragam batik hijau. Semakin minor-lah diriku.
Itulah diriku yang kini harus bersahabat karib dengan bus.
I have to wear glasses. Aku harus pake kacamata. Itulah yang ku teriakkan saat mendengar hasil test. Beberapa minggu yang lalu aku pergi ke sebuah optic buat memeriksakan apa gerangan yang terjadi di mataku.
Yach. Memang selama beberapa minggu di SMA ini, penglihatanku agak berkurang. Ngeliat whiteboard yang jaraknya deket aja rada kabur. Jadinya gag pernah berani buat duduk di bangku paling belakang. Padahal bangku favoritku di SMP deret paling belakang. Kale ini, ke-favorit-an itu harus kuenyahkan. Selain mataku yang bermasalah. Teman sebangku-ku ternyata juga punya minus. Huft.....
Miopi biasanya terjadi pada anak-anak remaja usia 8 sampai 14 tahun (Hem!! Koq aku dah lima belas tahun, ya?), faktor yang menyebabkannya adalah keturunan, membaca sambil tiduran, menonton tv dari jarak dekat, dan tentu saja, berada di depan komputer terus-menerus (diriku sekali).
Dari gambar di bawah ini, dapat dijelaskan pada pandangan normal, fokus berada tepat di retina. Penderita miopi mengalami fokus di depan retina yang mengakibatkan pandangan jauh menjadi buram (kabur). Dan gambar terakhir, dengan bantuan lensa cekung (kacamata) fokus kembali tepat di retina mata.
Kacamata
Menggunakan kacamata adalah solusi termurah. Jika pemilihan bingkai cocok dengan bentuk muka, maka bukan tidak mungkin penderita miopi bisa terlihat semakin ganteng dan berpendidikan. Ehm! Dengan biaya kurang dari 300 ribu, semua bisa ditanggung beres.
Lensa kontak
Mungkin banyak wanita yang lebih memilih menggunakan lensa kontak. Walaupun agak repot mengurusnya, tapi ada hal penting yang menjadi alasan untuk beralih ke lensa kontak. Salah satunya adalah warna mata. Warna-warna pelangi seperti merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu bisa mewarnai mata. Bahkan mungkin kita bisa mengambil contoh heksa desimal dari kode warna yang diinginkan.
Lasik
Cara baru ini termasuk mahal. Untuk 2 buah mata, kita membutuhkan biaya yang cukup besar, sampai dengan 15 juta rupiah. Jadi, yang ini sekip aja.
Aku yang masih beradaptasi dengan benda asing ini, hanya saat-saat tertentu saja ku memakai. Paling kalo di kelas, belajar, atau di depan komputer saja. Habisnya masih risih. Ada ada sesuatu yang berat bertengger di hidungku. Sebenarnya, menurut anjuran dokternya harus dipake setiap saat. Emang sih minusku ¼ kanan-kiri, tapi karena aku udah silinder makanya ada anjuran itu.
Ke-enggak-asyik-an pake kacamata. Sudut pandangku berkurang. Yang dulunya bisa lirik kanan-kiri tanap noleh sepuasnya, kini terhalang oleh bingkai kacamata ini. Huft..... Tapi gag apalah. Jadi sedikit mengurangi zinah mata kanan-kiri. Hoho
Tanggepan orang-orang di kelas seh biasa. Paling cuma ”eh, wis nggo kocomoto, ya?” (udah pake kacamata, ya?) gitu. Dan kubalas dengan senyuman hangatku. Huahaha. Kalo liat pantulan diriku di cermin, ngerasa lebih keren (narsis???!!!). jadi sekarang lagi hobi banget ngaca pake kacamata.
Nah itulah sepenggal kisahku yang baru jadi anggota KPK (Komunitas Pemakai Kacamata). Semoga bermanfaat.
I am me. I'm not you. I'm not her. I just be myself. Just a little dreamer girl who want to be a great person. I'm not special, but have many someone special person in my life. Everything in my mind. Everything what I want share. My spirit. My dream. My love. My happiness. My sadness. My less. My more. My everything. Just want have new mate to coloring my life.